Vol. 5, No 3 (2024)
December 2024
Diterbitkan: Dec 6, 2024
Vol. 5, No 2 (2024)
Agustus 2024
Diterbitkan: Aug 6, 2024
Vol. 5, No 1 (2024)
April 2024
Diterbitkan: May 29, 2024
Vol. 4, No 3 (2023)
SettingsVol 4 No 2 (2023): Desember 2023
Diterbitkan: Dec 6, 2023
Vol. 4, No 2 (2023)
Agustus 2023
Diterbitkan: Aug 6, 2023
Vol. 4, No 1 (2023)
April 2023
Diterbitkan: Apr 6, 2023
Vol. 3, No 3 (2022)
December 2022
Diterbitkan: Dec 6, 2022
Vol. 3, No 2 (2022)
August 2022
Diterbitkan: Aug 6, 2022
Vol. 3, No 1 (2022)
April 2022
Diterbitkan: Apr 6, 2022
Vol. 2, No 3 (2021)
December 2021
Diterbitkan: Dec 6, 2021
Vol. 2, No 2 (2021)
August 2021
Diterbitkan: Aug 6, 2021
Vol. 2, No 1 (2021)
April 2021
Diterbitkan: Apr 6, 2021
Vol. 1, No 3 (2020)
December 2020
Diterbitkan: Dec 6, 2020
Vol. 1, No 2 (2020)
August 2020
Diterbitkan: Aug 6, 2020
Vol. 1, No 1 (2020)
April 2020
Diterbitkan: Apr 6, 2020
Vol. 2, No 3 (2019)
December 2019
Diterbitkan: Dec 12, 2019
Vol. 2, No 2 (2019)
Teknologisasi untuk Bali yang Lebih Baik : Analisis Daya Saing Daerah
Diterbitkan: Aug 2, 2019
Vol. 2, No 1 (2019)
Generasi Milenial Pemilu 2019 : Membebaskan Bali dari Sampah Plastik
Diterbitkan: Apr 2, 2019
Vol. 1, No 3 (2018)
Debirokrasi "Good Governance" Bali Dalam Tarikan Pembangunan Berkelanjutan
Diterbitkan: Dec 28, 2018
Vol. 1, No 2 (2018)
Dilema Demokrasi Elektoral : Bertumbuhnya Penduduk Bali
Tidak terasa terbitan ini (Volume 1, Nomor 2, Agustus 2018) merupakan edisi kedua BALI MEMBANGUN BALI JURNAL BAPPEDA LITBANG. Setelah edisi perdana yang menurut beberapa sumber dalam dan luar lumayan sukses, kita harus “melanjutkan hidup”, untuk sustainabel, sesuai janji jurnal sejak awal. Tidak perlu merasa diri hebat dengan suksesnya terbitan perdana karena selanjutnya adalah tergantung pada diri sendiri. Rentang setelah Agustus menuju Desember 2018, Bali disuguhi sisasisa aktivitas praktik demokrasi dengan berlalunya Pilgub 2018 Bali bulan Juni. Bulan September 2018 akan ada pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur baru: I Wayan Koster dan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Bahkan suasana umum kepolitikan, tidak saja di Bali tetapi juga di Indonesia, tampak semakin hangat dengan bakal digelarnya Pilpres tahun depan (2019). Apa pun, yang penting adalah segala sesuatunya berlangsung kondusif dan masyarakat bisa melakukan aktivitasnya dengan aman, tenang, dan damai. Persoalannya bagi BMB adalah bagaimana di edisi kedua dan edisi-edisi selanjutnya agar ia disayangi: terus dibaca dan ditunggu-tunggu para pembacanya. Untuk kepentingan itulah BMB kali ini ingin memotret demokrasi dan kepemiluan yang coba dihubungkan dengan kependudukan di Bali. Tulisan tentang kependudukan tidak langsung dihubungkan dengan tulisan demokrasi dan kepemiluan tetapi pembaca dapat memaklumi bahwa alam demokrasi bergantung pada aspek-aspek demografis, termasuk dalam hal jumlah. Setidaknya persoalan jumlah pemilih diasumsikan berpeluang memengaruhi menang-tidaknya peserta Pemilu dalam kontestasi politik. Ada dua artikel terkait demokrasi dan Pemilu, yaitu “Dilema Demokrasi Elektoral” (I Nyoman Wiratmaja) dan “Proses Demokrasi melalui Pilkada yang Berkualitas menuju Pemimpin Bali” (Dewa Putu Mantera). Baru setelah itu terdapat “Bertumbuhnya Penduduk Bali Pasca-Reformasi (1998) dan Faktor-faktor Penyebabnya” (I Wayan Sudana). Tulisan ini secara agak khusus menelisik keadaan pasca Reformasi (1998). Sustainabilitas Bali bagaimana pun bergantung pada sustainabilitas alam, manusia, dan budayanya. Karenanya, BMB kali ini menampilkan “Kebertahanan Subak di Era Globalisasi” (Wayan Windia) dan “Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam Mendukung Pelestarian Subak” (Made Putra Suryawan). Seperti edisi sebelumnya, jurnal ditutup dengan MULAT SARIRA yang kali ini membahas tentang persoalan kependudukan Bali. Di luar itu, sustainabilitas alam, manusia, dan budaya Bali adalah juga sustainabilitas BMB
Diterbitkan: Aug 17, 2018
Vol. 1, No 1 (2018)
Menuju "Quality Tourism" Kebencanaan Gunung Agung
Dengan segala kerendahan hati, kami memberanikan diri memulai sebuah era jurnal di lembaga kami --Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan Provinsi Bali-- melalui sebuah terbitan ilmiah setiap April, Agustus, dan Desember, bernama BALI MEMBANGUN BALI JURNAL BAPPEDA LITBANG. Tentu saja nomor perkenalan ini dalam sejarahnya terdokumentasi sebagai: Volume 1, Nomor 1, April 2018. Sebagai langkah perdana, ditampilkan lima artikel ditambah sebuah artikel bonus berbentuk beda. Berturut-turut adalah (1) “Kebencanaan dan Persoalan Pengungsi Gunung Agung” (Dewa Made Indra); (2) “Bali Hari Ini: Permasalahan Kepariwisataan dan Solusinya” (AA Gede Yuniartha Putra); (3) “Wisata Desa dan Desa Wisata” (Bagus Sudibya); (4) “Strategi Pemasaran Desa Ubud sebagai Destinasi MICE” (IGPB Sasrawan Mananda, Luh Gede Leli Kusuma Dewi); dan (5) “Layanan Prima menuju ‘Quality Tourism’ Bali” (I Wayan Nurjaya, Solihin, I Nyoman Kanca). Dilihat lebih dalam, ada yang menarik dari artikel-artikel yang ditampilkan. Secara isi, seluruh tulisan dapat diperas ke dalam tiga hal penting, yaitu politik, ekonomi, dan budaya. Artikel tentang Gunung Agung dari Dewa Made Indra membahas kebijakan politik dan penanganan masyarakat pengungsi. Artikel tentang permasalahan kepariwisataan dari AA Gede Yuniartha Putra lebih banyak terkait dengan aspek politik pemerintah dan ekonomi pariwisata. Artikel tentang desa wisata dari Bagus Sudibya dan strategi pemasaran MICE dari IGPB Sasrawan Mananda dkk lebih ke pokok persoalan ekonomi dan masyarakat. Artikel tentang pariwisata kualitas dari I Wayan Nurjaya dkk agak murni ke permasalahan ekonomi. Artikel yang secara khusus merepresentasikan tentang politik dimuat dalam rubrik Mulat Sarira (Refleksi). Dari sisi penulisnya, ada yang berasal dari lembaga pemerintah, ada pengusaha, serta ada anggota masyarakat, termasuk dari kalangan akademisi (perguruan tinggi), dalam hal ini Universitas Udayana dan Politeknik Negeri Bali. Penggambaran di atas menunjukkan berlakunya paradigma kepaduan politik-ekonomi-budaya, yang menurut konsepsi Nicanor Perlas dalam Shapping Globalization: Civil Society, Cultural Power and Threefolding (2000) terlembagakan ke dalam negara, swasta, dan masyarakat. Menurut Perlas, ketiga pilar harus hadir dan bekerja sama dalam pencapaian cita-cita pembangunan. Negara memberikan legalitas. Swasta menawarkan modal. Masyarakat menyediakan partisipasi. Inilah threefolding (tiga pilar) tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan tanpa salah satu pilar, berujung kegagalan. Karenanya semua harus hadir dan bekerja bersama-sama menurut tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam cara pandang paradigmatis itu, BMB melalui gagasan perencanaan pembangunan yang baik, senantiasa mengupayakan seluruh entitas dapat berperan secara elegan sebagaimana seharusnya.
Diterbitkan: Apr 28, 2018